Muhammad Rizky Pratama
2 min readOct 15, 2023
Photo by Muchammad Basith Ramadhani on Unsplash

Pagi itu Stasiun Tugu terasa sangat ramai, berlalu lalang orang-orang menunggu kereta mereka. Bunyi cerobong Kereta Api yang menandakan bahwa Kereta siap di berangkatkan. Perpisahan pun dilakukan, peluk, cium, serta kata "hati-hati di jalan ya" adalah hal yang tak bisa dihindari.

Namun, pemberitahuan Stasiun pun memaksa untuk segera masuk ke dalam kereta dengan secercah harapan dari orang rumah bahwa kamu akan berhasil di kota orang sana dan pulang kembali dengan selamat serta sehat wal afiat.

Tapi...

Dalam hati kecil mu kemudian muncul pertanyaan tentang keraguan, apakah perpisahan ini adalah hal yang kamu ingin kan atau kamu benar-benar melakukan hal ini karena terpaksa?

ingin karena memperbaiki ekonomi keluarga atau ingin karena memenuhi gengsi mu?

"Harga bahan pokok mulai berlonjak tinggi dan kebutuhan pun mulai bertambah banyak"

"Kebutuhan primer dan sekunder pun sudah tidak bisa dibedakan!"

"Minuman alkohol pun sudah setara kebutuhannya dengan satu karung beras"

Yaa tentu saja aku pergi dengan keinginanku sendiri, aku pergi untuk menafkahi keluarga ku, bukan untuk memenuhi gengsi ku. Aku tidak mengutuk siapa pun karena terjadinya perpisahan.

Pemuda itu pun menutup buku catatan nya, semua yang dia catat seperti di atas dalam buku itu hanyalah sebuah bentuk keraguan yang muncul tiba-tiba dan sebenarnya tidak tahu kedepannya bagaimana.

Tidak ada yang salah, semua hanya iringan keraguan, takut melangkah lah yang merupakan suatu kegagalan.

Muhammad Rizky Pratama
Muhammad Rizky Pratama

Written by Muhammad Rizky Pratama

Kelahiran yang dirayakan oleh seluruh dunia

No responses yet